Produk manakan yang diduga mengandung babi bikin geger warga Sumenep, Jawa Timur. Tim gabungan MUI, dinkes, satpol PP, disperindag dan mapolres menggelar sidak di Toko Delapan jalan Arya Wiraraja, Sumenep, Rabu (18/1). Dalam sidak tersebut, ditemukan beberapa produk yang dijual di minimarket tersebut mengandung babi.
Ketua MUI Sumenep KH A. Safradji mengatakan, sebelumnya
pihaknya mendapat informasi bahwa makanan jenis mie bermerek Yapoki dan Samyang perlu dicurigai. “Kemudian beberapa hari lalu kami membeli sebagai bukti dan sampel. Berhubung kemasan produk bertuliskan bahasa Korea, kami sedikit kebingungan memastikan apakah ada unsur babi,” ujarnya.
pihaknya mendapat informasi bahwa makanan jenis mie bermerek Yapoki dan Samyang perlu dicurigai. “Kemudian beberapa hari lalu kami membeli sebagai bukti dan sampel. Berhubung kemasan produk bertuliskan bahasa Korea, kami sedikit kebingungan memastikan apakah ada unsur babi,” ujarnya.
Lantas, MUI Sumenep meminta bantuan seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Prodi Bahasa Korea UGM.
Hasil terjemahannya sangat mengagetkan. Dua produk tersebut gamblang menyebutkan mengandung daging babi. “Atas dasar itu kami harus ambil tindakan tegas. Apalagi yang menerjemahkan bahasa Korea di kemasan itu siap mempertanggung jawabkan dan di atas materai,” terangnya.
Parahnya, produk Samyang tidak ada label dari Badan Pengawas Obat dan Makanan. “Kami khawatir ada unsur kesengajaan untuk mengelabuhi konsumen yang beragama Islam. Jelas, kalau ada orang tidak tahu akan mudah mengkonsumsinya,” ujarnya.
Pengakuan Mengejutkan Sang Pemilik Toko Penjual Mie Instan Mengandung Babi
arga Sumenep, Jawa Timur digegerkan dengan hasil sidak yang dilakukan
MUI bersama aparat lainnya di Toko Delapan jalan Arya Wiraraja, Sumenep,
Rabu (18/1). Dalam sidak tersebut, MUI menemukan dua produk makanan
berjenis mie instan yang dijual di toko itu mengandung babi.
MUI bersama aparat lainnya di Toko Delapan jalan Arya Wiraraja, Sumenep,
Rabu (18/1). Dalam sidak tersebut, MUI menemukan dua produk makanan
berjenis mie instan yang dijual di toko itu mengandung babi.
Tak pelak Ketua MUI Sumenep KH A. Safradji menanyai pemilik Toko
Delapan Falentin Kusno.
Delapan Falentin Kusno.
Kepada ketua MUI yang didampingi pejabat muspika lainnya, Falentin
mengaku tidak mengetahui bahwa mie Samyang dan Yapoki yang dijualnya
mengandung babi. “Produk ini memang tidak ada distributornya. Saya ngambil
di penjual Pasar Atom di Surabaya,” kaya Falentin.
mengaku tidak mengetahui bahwa mie Samyang dan Yapoki yang dijualnya
mengandung babi. “Produk ini memang tidak ada distributornya. Saya ngambil
di penjual Pasar Atom di Surabaya,” kaya Falentin.
Seperti diberitakan sebelumnya, Safradji mengatakan, pihaknya mendapat
informasi bahwa makanan jenis mie bermerek Yapoki dan Samyang perlu
dicurigai. “Kemudian beberapa hari lalu kami membeli sebagai bukti dan
sampel. Berhubung kemasan produk bertuliskan bahasa Korea, kami sedikit
kebingungan memastikan apakah ada unsur babi,” ujarnya.
informasi bahwa makanan jenis mie bermerek Yapoki dan Samyang perlu
dicurigai. “Kemudian beberapa hari lalu kami membeli sebagai bukti dan
sampel. Berhubung kemasan produk bertuliskan bahasa Korea, kami sedikit
kebingungan memastikan apakah ada unsur babi,” ujarnya.
Lantas, MUI Sumenep meminta bantuan seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial
Prodi Bahasa Korea UGM.
Prodi Bahasa Korea UGM.
Hasil terjemahannya sangat mengagetkan. Dua produk tersebut gamblang
menyebutkan mengandung daging babi. “Atas dasar itu kami harus ambil
tindakan tegas. Apalagi yang menerjemahkan bahasa Korea di kemasan itu siap
mempertanggung jawabkan dan di atas materai,” terangnya.
menyebutkan mengandung daging babi. “Atas dasar itu kami harus ambil
tindakan tegas. Apalagi yang menerjemahkan bahasa Korea di kemasan itu siap
mempertanggung jawabkan dan di atas materai,” terangnya.
Parahnya, produk Samyang tidak ada label dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan. “Kami khawatir ada unsur kesengajaan untuk mengelabuhi konsumen yang
beragama Islam. Jelas, kalau ada orang tidak tahu akan mudah mengkonsumsinya,” ujarnya.
Makanan. “Kami khawatir ada unsur kesengajaan untuk mengelabuhi konsumen yang
beragama Islam. Jelas, kalau ada orang tidak tahu akan mudah mengkonsumsinya,” ujarnya.
Không có nhận xét nào:
Đăng nhận xét