Thứ Tư, 18 tháng 1, 2017

Sepulang Kerja, Aku Dengar "Suara Aneh" dari Dalam Kamar, Begitu Kubuka, Adengan Miris Ini Membuatku Menangis!

Setiap manusia itu harus berlaku adil... Coba kita diperlakukan tidak adil, kita pasti juga gak seneng....
Aku berumur 36 tahun ini. Diusiaku yang tergolong muda ini, aku sudah menikah 2 kali.
Menjadi wanita yang mengalami perceraian, aku benar - benar merasa, dunia ini tidak adil bagi perempuan. Kalau bukan karna anak dan keluarga, aku mungkin sudah menyerah

Pernikahan pertamaku adalah bersama seorang pria yang sudah aku kenal sejak SMP. Kita berdua satu sekolah dan kita besar bareng. Sudah banyak rintangan dan halangan yang kita jalani bareng. Saat itu aku merasa, akulah wanita paling beruntung di dunia ini, memiliki pria yang sangat mencintai aku dan kita menikah...
Siapa sangka, 2 tahun pernikahan kita, dia selingkuh di belakang! Ketika aku tahu dia selingkuh, hatiku serasa remuk! hancur! Aku jijik dengan dia! Kalau bukan karna putriku, mungkin aku sudah pergi dari hidup ini. Perbedaan antar surga dan neraka ini buat hatiku sakit sedalam - dalamnya...
Aku gugat cerai dia! Keluargaku pun mendukung aku untuk bercerai. Dia meminta ampun dihadapan banyak orang, tapi apa balasanku? Aku hanya bisa menampar dia! Aku rasa, aku tidak butuh pria ini untuk jadi ayah untuk putri tercintaku. Aku mendapatkan hak untuk mengasuh putriku dan beberapa uang untuk biaya membesarkan putriku.


2 Tahun kemudian, aku menikah dengan suamiku yang sekarang. Dia lebih kecil 3 tahun dari aku dan dia adalah junior sewaktu aku kuliah dulu. 
Saat aku memasuki tahun terakhir, dia baru masuk tahun pertama. Kita berkenalan karena acara sekolah dan dia mulai mengejar aku. Tapi karna faktor umur dan aku sudah mau tamat, jadi aku menolaknya.
Tak disangka, setelah dia tahu aku bercerai, dia mulai menghiburku dan membantu aku, sampai dia kembali menyatakan cintanya dan ingin menjaga aku dan putriku. Aku pun luluh dengan cintanya dan memutuskan untuk menikah dengannya.
Tidak ada yang salah dengan suamiku yang sekarang. Dia baik, ganteng, gentleman, bahkan putriku juga sangat suka dengan dia dan memanggilnya "papa". Yang menjadi pokok permasalahku sekarang adalah, keluarganya tidak setuju dengan pernikahan ini, terutama mamanya yang menjadi ibu mertuaku sekarang.

Mamanya merasa aku hanya memperalat dia, apalagi dengan statusku yang janda bekas ini. Akan tetapi, itu semua berlalu saat hati mertuaku dimenangkan oleh putriku. Lama - kelamaan, ibu mertua muali mencintai putriku seperti cucunya sendiri. Namun, itu tak bertahan lama. Sampai anak keduaku, seorang laki - laki lahir, ibu mertuaku mulai berpaling hati! 
Dia rela mengeluarkan semua hartanya, tenagannya, cintanya, semua untuk anak laki - laki ini. Aku tidak menyalahkan ibu, karna mungkin di jiwa ibunya, dia lebih mengutamakan darah keturunannya. Sedihnya, putriku selalu bertanya dengan nada sedih,"Ma, kenapa nenek benci ma aku? Masakan nenek gak mencintai aku lagi?". Sebagai seorang ibu, tentu saja aku tak bisa terima putriku diperlakukan seperti itu, tapi apa dayaku? 
Sampai pada satu hari, sepulangnya aku dari kerja, dari dalam kamar aku mendengarkan suara yang aneh. Suara ini seperti suara desahan, tetapi sepertinya suara yang ditahan - tahan. Aku buka pintu, dan aku mendapati putriku menangis dengan bantalnya, dan tangisannya seperti suara menahan sakit!

Ternyata putriku dipukul dengan rotan sampai memar kemerah - merahan! Putriku mengaku dia dipukul neneknya dan tidak tahu dia salah apa! Aku marah! Aku bahkan hari itu berpikir, apakah aku harus bercerai demi menghindari nenek tak berperasaan ini? Tapi bagaimana dengan putraku? Suamiku juga tak berbuat salah apa - apa?
Saat itu juga aku Cooling Down dan menghibur putriku. Aku memeluknya, biar dia menangis dalam pelukan mamanya, supaya dia tahu, masih ada mama yang mencintainya, dan papa juga yang menyayanginya.
Suamiku juga tak tahu harus berbuat apa karna ya itu mamanya, tak mungkin juga aku suruh suamiku durhaka dengan menghukum mamanya. Aku hanya bisa berharap, anakku tumbuh dengan sehat rohani dan jasmani. Aku juga bersyukur dapat menemukan suami yang mencintaiku.

So Sobat cerpen, menikah itu bukan perihal dua insan, melainkan perihal dua keluarga... Sebagai keluarga juga, kita harus berperilaku adil ya... Semoga cerita ini mengsinpirasi kita untuk jadi keluarga idaman, dan meminimaliskan pertengakaran dalam rumah tangga.

Không có nhận xét nào:

Đăng nhận xét